Salah satu ikan endemik yang terdapat di Pulau Jawa yaitu Lobocheilos lehat yang keberadaanya masih sangat misterius. Pertama kali ditemukan pada tahun 1858 di perairan Parongkalong, namun sayangnya belum pernah di temukan kembali sampai saat ini.
PULAU JAWA – Di balik keragaman hayati air tawar Indonesia yang luar biasa, terdapat satu nama yang kini menjadi perhatian serius para konservasionis dunia: Lobocheilos lehat (Gambar 1). Ikan endemik pulau Jawa ini kini masuk dalam daftar prioritas Asian Species Action Partnership (ASAP) karena statusnya yang kritis dan keberadaannya yang misterius selama lebih dari satu abad.
Gambar
1. Hasil Awetan Ikan Lobocheilos lehat
(sumber: Kottelat dan Tan, 2008)
Ikan Lehat pertama kali diidentifikasi oleh iktiologis ternama asal Belanda, Pieter Bleeker, pada tahun 1858. Spesimen pertamanya ditemukan di wilayah Parongkalong, Jawa Barat. Sejak saat itu, catatan mengenai ikan ini sangat terbatas, menjadikannya salah satu spesies "paling dicari" oleh para peneliti ikan (iktiolog) di Indonesia. Informasi mengenai ikan ini masih sangat minim, jika dikutip dari artikel sebelumnya mengenai ikan ini dari laman FPK Unair menyebutkan bahwa ada kemungkinan ikan Lehat yang banyak diketahui oleh masyarakat lokal maupun peneliti yang sudah melihatnya langsung itu tidak sepenuhnya benar ikan L. lehat, melainkan Lobocheilos falcifer (Gambar 2).
Gambar 2. Spesies Lobocheilos falcifer A.
Tampilan samping tubuh. B. tampilan samping kepala. C.Tampilan
ventral kepala dan posisi mulut
(Sumber: Hasan 2019)
L. falcifer telah dilaporkan berada juga di lokasi air tawar berikut di Jawa: Sungai Cisadane, Provinsi Jawa Barat (Kottelat dan Tan, 2008; Hadiaty, 2011), Waduk Wadaslintang, Provinsi Jawa Tengah (Hasan et al. 2019a), dan Sungai Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Hasan et al. 2019b). Sehingga menjadi faktor yang mempengaruhi nelayan lokal keliru membedakan antara ikan L. lehat dan L.falcifer. Sedangkan, berdasarkan pada Kottelat dan Tan (2008) mengenai evaluasi dari kesalahan identifikasi beberapa genus Lobocheilos yang mereka lakukan, ternyata spesies L. lehat sudah dinyatakan punah yang ditandai dengan tidak pernah ditemukan lagi keberadaanya saat pertama kali ditemukan. Informasi mengenai habitat, siklus hidup, maupun persebarannya masih belum bisa dipastikan sepenuhnya. Namun jika mengutip berdasarkan pada Kottelat dan Tan (2008), serta beberapa sumber lainnya, diketahui bahwa :
Habitat: Penghuni Dasar Arus
Deras
Berdasarkan data literatur klasik dan perbandingan dengan genus Lobocheilos lainnya, L. lehat adalah ikan
yang sangat spesifik dalam memilih tempat tinggal.
Siklus Hidup: Strategi Bertahan
di Perairan Lotik
Meskipun data pemantauan langsung sangat minim, para ahli memproyeksikan
siklus hidup L. lehat sebagai berikut:
Persebaran yang Kian Menyempit
Secara historis, L. lehat tercatat
tersebar di beberapa daerah aliran sungai (DAS) di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Namun, data terbaru dari ASAP menunjukkan kekhawatiran besar. Sejak penemuan
awalnya, tidak ada laporan penemuan kembali secara ilmiah yang terverifikasi di
lokasi aslinya. Hal ini memunculkan dua kemungkinan pahit: spesies ini telah
punah atau populasinya tersisa sangat sedikit di lokasi terpencil yang belum
terjamah survei.
Mengapa ASAP Memberi Perhatian
Khusus?
Lembaga internasional ASAP (IUCN)
memasukkan Lobocheilos lehat dalam daftar spesies kritis karena:
Keberadaan Lobocheilos lehat adalah pengingat
bahwa banyak kekayaan alam Indonesia yang mungkin hilang sebelum sempat kita
pelajari sepenuhnya. Upaya restorasi sungai dan survei lapangan yang intensif
menjadi kunci utama jika kita ingin menyelamatkan spesies ini dari kepunahan
total. Oleh karena itu, Mari Conservation bersama dengan Temali Foundation dan
Komunitas Ciliwung Depok akan mengupayakan konservasi berbasis
Get to know : Temali Foundation
dan Komunitas Ciliwung Depok
Temali foundation merupakan komunitas yang memiliki antusias dan pengalaman dalam bidang konservasi alam, sedangkan Komunitas Ciliwung Depok (KCD) terdiri dari berbagai kelompok masyarakat yang terlibat dalam berbagai kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan khususnya sungai Ciliwung. Banyak kegiatan yang sudah dilakukan oleh kedua komunitas ini diantaranya seperti bersih-bersih area sungai, pendataan ikan Ciliwung, dan masih banyak lagi. Berdasarkan dari beberapa kegiatan tersebut terdapat momen yang cukup penting, yaitu penemuan ikan antara L. lehat atau L. falcifer. Dari beberapa kesaksian yang pernah diketahui, diantara kedua spesies ikan tersebut masih bisa ditemukan di sungai Cisadane pada tahun 2023 hingga 2024. Waktu yang pas untuk mencari ikan ini pada saat musim panas dengan air yang surut dan dapat ditangkap dengan menggunakan jala.
Penulis
Haikal Yahya
Heru
(Marine Resilience for Conservation)
Referensi
Kottelat, M. and H.H.
Tan, 2008. A synopsis of the genus Lobocheilos in Java,
Sumatra and Borneo, with descriptions of six new species (Teleostei:
Cyprinidae). Ichthyol. Explor. Freshwat. 19 (1):27-58.
Hasan, V., Ottoni, F.
P., & South, J. (2023). First record of the vulnerable freshwater fish
Lobocheilos falcifer (Valenciennes, 1842)(Teleostei, Cyprinidae) in Sumatra,
Indonesia. Check List, 19(1), 51-55.
Hadiaty, R. K. (2011).
DIVERSITAS DAN HILANGNYA JENIS-JENIS IKAN DISUNGAI CILIWUNG DAN SUNGAI
CISADANE. Berita Biologi, 10(4), 491-504.
https://www.speciesonthebrink.org/species-blog/lobocheilos-lehat
https://www.iucnredlist.org/species/91005973/91006012
https://fpk.unair.ac.id/lobocheilos-lehat-menelusuri-misteri-ikan-endemik-jawa-yang-terancam-punah/